Berita  

Bongkar Pemikiran Fritz Alor Boy Soal Kemerdekaan

Relawan Anies atau mantan Timnas Amin Fritz Alor Boy

Jakarta, KomPaknews.com – Aktivis dan sekaligus kritikus, Fritz Alor Boy yang viral dan ramai diperbincangkan di media sosial (medsos) membongkar atau menjelaskan pemikiran terkait kemerdekaan.

Orasi Fritz Alor Boy terkait kemerdekaan yang diungkapkan pada saat Aliansi NTT Menggugat melakukan aksi demo di depan Mabes Polri (12/7/2024) viral dan ramai diperbincangkan dimedsos, katanya, hanya untuk NTT bebas dari ketidakadilan kemiskinan dan ketidakadilan pemerataan pembangunan.

Melalui wawancara awak media, ia buka suara terkait apa maksud dari NTT merdeka?.

Alumni Sarjana Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jogjakarta itu mengatakan, pemikiran tentang NTT merdeka bukan berarti NTT melespakan diri dari bangsa Indonesia, melainkan merdeka atau melepaskan diri dari kemiskinan, ketidakadilan dan ketidakberpihakan pembangunan infrastruktur, pendidikan, ekonomi dan lainnya.

“Kata merdeka itu bebas. Artinya sudah saatnya NTT bebas dari kemiskinan, bebas dari kebodohan, bebas dari ketidakadilan pembangunan, bebas dari ketidakadilan pemerataan pembangunan infrastruktur, pemerataan pendidikan, ekonomi dan lainnya,” katanya kepada awak media (15/7/2024).

Sehingga, katanya, ia tidak berniat untuk meminta rakyat untuk merdeka. Sebab, baginya, NKRI harga mati dan Pancasila selalu ada didadanya.

“Tidak niat untuk merdeka atau lepaskan diri dari NKRI ini. Ingat! NKRI harga mati dan Garuda di Dadaku,” terang dia.

Menurut pantauan media, NTT menjadi provinsi termiskin ketiga. Sehingga, katanya, sampai kapan kita bisa keluar dari kategori miskin ketiga kalau kita tidak memperjuangkannya.

“Kita sudah dikatakan miskin, hak kesejahteraan (Akpol) kita direbut lagi oleh orang luar secara tidak adil. Hal-hal ini yang buat saya tidak sepakat. Sehingga, saya ajukan protes dengan kalimat seperti itu pada saat sedang orasi dalam aksi demo Mabes Polri,” kata salah satu lulusan tercepat S2 Sistem dan Teknik Transportasi, UGM itu.

Ia menilai, NTT bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maka sudah saatnya Negara ini berpihak kepada pembangunan NTT dengan penuh hati bukan dengan setengah hati.

“Kita, kan, bagian dari NKRI. Masa, Negara kurang banget memperhatikan NTT. Salah satu contoh: untuk dapat Akpol saja, Negara ini pelit dan sulit banget berikan sepenuh hati. Bagaimana NTT mau maju kalau pembangunan ke NTT sangat minim?,” lanjutnya.

Jadi, sambungnya, sudah saatnya NTT bebas dari kemiskinan dan bebas dari kesengsaraan.

“Sudah cukuplah kita sengsara dan miskin. Saatnya, kita desak pemerintah pusat atau Negara ini untuk bangun besar-besaran NTT,” demikian pernyataannya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *